Thursday, January 15, 2015

Kejang Demam


BAB I

PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak – anak yang berusia dibawah 5 tahun, gejala – gejala yang timbul dapat bermacam – macam tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak adalah kejang umum .Insidensi kejang demam di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat mencapai 2 – 4 % sedangkan di negara – negara asia jumlah penderitanya lebih tinggi lagi. Sekitar 20 % diantara jumlah penderita mengalami kejang kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Faktor resiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan sampai 5 tahun ini adalah demam tinggi. Bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 0C pun bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas Untuk itu penulis ingin mendalami penatalaksanaan pada anak dengan kejang demam


B.    TUJUAN
1.     Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar, saya mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
2.     Tujuan Khusus
a.      Menyebutkan  pengertian kejang demam
b.      Menyebutkan penyebab terjadinya kejang demam
c.      Menjelaskan patofisiologi kejang demam
d.     Menyebutkan manifestasi klinik kejang demam
e.      Menyebutkan pemeriksaan diagnostik pada kasus kejang demam
f.       Menyebutkan penatalaksanaan kasus kejang demam
g.      Menyebutkan masalah keperawatan yang sering muncul pada anak dengan kejang demam
h.      Memberikan tindakan keperawatan ada anak dengan kejang demam



BAB II

TINJAUAN TEORI


A.    PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B.    ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

C.    PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

D.    MANIFESTASI KLINIK
1.     Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.      Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
  Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
  Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
  Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
  Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.      Kejang parsial kompleks
  Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
  Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
  Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2.     Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.      Kejang absens
  Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
  Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
  Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b.      Kejang mioklonik
  Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
  Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
  Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
  Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c.      Kejang tonik klonik
  Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
  Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
  Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
  Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d.     Kejang atonik
  Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
  Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E.     KOMPLIKASI
1.     Aspirasi
2.     Asfiksia
3.     Retardasi mental

F.     UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.     Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.     Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.     Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4.     Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5.     Uji laboratorium
§  Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
§  Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
§  Panel elektrolit
§  Skrining toksik dari serum dan urin
§  GDA
§  Kadar kalsium darah
§  Kadar natrium darah
§  Kadar magnesium darah

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.     Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2.     Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
§  Semua pakaian ketat dibuka
§  Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
§  Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
§  Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3.     Pengobatan rumat
§  Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan  sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
§  Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Y  Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Y  Kejang demam yang mempunyai ciri :
-         Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
-         Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
-         Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
-         Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4.     Mencari dan mengobati penyebab

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A.    Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1.     Tanda – tanda vital
 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi
2.     Hasil pemeriksaan kepala
 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
 Bentuk Umum
3.     Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon
4.     Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5.     Afek
 Alam perasaan
 Labilitas
6.     Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya
7.     Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
8.     Refleks
 Refleks tendo superfisial
 Reflek patologi
9.     Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca


B.    Diagnosa keperawatan
1.     Resiko tinggi cidera
2.     Gangguan citra tubuh
3.     Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu tidak efektif

C.    Intervensi keperawatan
1.     Kejang
 Lindungi anak dari cidera
 Jangan mencoba untuk merestrain anak
 Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh, turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
 Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut anak
 Longgarkan pakaiannya jika ketat
 Cegah anak agar tidak trpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua benda tajam dari daerah tersebut
 Miringkan badan anak untuk mem fasilitasi bersihan jalan nafas dari sekret
2.     Lakukan observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu diagnosis atau pengkajian respon pengobatan
 Waktu awitan dan kejadian pemicu
 Aura
 Jenis kejang
 Lamanya kejang
 Intervensi selama kejang
 Tanda tanda vital





BAB III
RESUME

A.    STUDI KASUS KLIEN
Anak A, laki - laki, 9 bulan diagnosa medis kejang dan BRPN dengan keluhan utama saat pengkajian (31-6-2004) ibu mengatakan anaknya batuk disertai panas. Ronchi di segmen anterior lobus atas kanan dan kiri, stridor, RR : 40 X/ menit, suhu : 37,80CBB : 17 kg, PB : 92 cm , BB : 10,03 kg. An . A sering kejang jika panasnya tinggi
Riwayat kesehatan pada saat klien masuk RS Kariadi (27-6-2004) adalah klien kejang sebelumnya klien panas , batuk, mencret lebih dari 10 X/ hari dengan volume  seperempat gelas setiap kali mencret. Terapi yang telah diberikan pada An. B adalah : O2 40 % masker, Infus D 5% 240/10/10 tts/mnt+ kcl + NaCl, Cefotaxim 3x350 mg, kalmethason 3 X 3 gram, Nicholin 2 X 75 gr, Nootropil 2 X 150 mg, Diazepam 3 mg jika kejang, luminal 3 X 15 mg, parasetamol 3 X ¾ tablet tranfusi.
Pada anak F ditemukan masalah keperawatan: gangguan bersihan jalan nafas, resiko terjadi injury, resiko peningkatan suhu tubuh. Didukung oleh adanya data anak batuk, terdapat ronchi pada sengmen anterior lobus kiri dan kanan, stridor, RR : 40 X /menit, suhu 37,80C, BRPN (+)

B.    DISKUSI DENGAN EXPERT
Dari hasil diskusi penulis dengan expert 1 (residen anak) dijelaskan bahwa untuk menegakkan suatu diagnosa kejang memerlukan pemeriksaan diagnostik yang paling sering dilakukan yaitu pemeriksaan LCS, EEG, darah rutin untuk mengetahui Hb dan Ht, kadar natrium dan kalium darah. MRI juga merupakan pemeriksaan yang dirasa akan sangat memperjelas keadaan penyakit klien sebenarnya tetapi peneriksaan itu membutuhkan dana yang besar.Dijelaskan pula bahwa pokok permasalahan kejang sesuai dengan penyebabnya, misalnya kejang demam sebagian besar disebabkan oleh infeksi ekstrakranial seperti OMA dan ISPA dan tidak akan menimbulkan gejala sisa, sedangkan kejang epilepsi biasanya disebabkan karena adanya infeksi intrakranial yang akan menganggu keseimbangan muatan elektron sel otak. Ada beberapa ciri khas yang dapat digunakan unutk membedakan apakah anak mengalami kejang demam atau epilepsi. Pada kejang demam biasanya diderita anak umur 4 ulan samapai 5 tahun, kemudian kejang tersebu biasanya terjadi kurang dari 24 jam setelah terjadi demam, serangan kejang hanya sebentar tidak samapi 15 menit, hasil EEG normal. Penatalaksanaan yang diberikan juga sesuai dengan akar permasalahan yang ada. Untuk mengurangi kejang anak diberikan luminal per oral secara intermitten 3 X 15 mg obat ini disesuaikan dengan BB anak, kemudian diberikan pula neurotonik. Kemudian jika anak masih kejang bisa diberikan ekstra diazepam sebanyak 3 mg, karena anak A. tersebut kejang demamnya berasal dari ISPA maka penatalaksanaannya pun perlu memperhatikan penyebab awalnya, dari medis klien diberikan terapi cefotaxim dan kalmetason, serta diberikan program untuk menjaga airway clearence dan diprogramkan untuk postural drainage
Dari hasil diskusi penulis dengan expert 2 (perawat anak), dijelaskan bahwa dari segi keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya pengelolaan /perawatan klien dengan kejang demam adalah perawat harus selalu mengobservasi adanya kejang ulang, menjaga agar suhu tubuh kurang dari 37 0C, jika panas anak tinggi sebaiknya anak segera untuk dilakukan kompres hangat dan jika panasnya lebih dari 380C diberikan ekstra pamol sesuai dengn advice dokter. Pada anak A ini selain kejang permasalahan yang timbul adalah dampak dari BRPN dimana anak A ini mengalami prmaalahan di airway clearencenya. Yang dilakukan perawat adalah menjaga agar jalan nafas itu tetap bersih dengan melakukan isap lendir

C.    PERMASALAHAN
Permasalahan yang muncul ada anak A adalah gangguan bersihan jalan nafas, resiko cidera dan peningkatan suhu tubuh.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari studi kasus yang dilakukan pada anak A ternyata ada 1 permasalahan yang muncul diluar tinjauan teori tentang kejang demam, permaalahan itu adalah kebersihan jalan nafas yang diakibatkan oleh produksi sekret yang berlebihan akinat adanya BRPN, disini yang perlu kita kaji lebih lanjut adalah penyebab adanya kejang demam tersebut karena kejang demam boleh dikatakan sebagai symptom akibat dari adanya infeksi ekstrakranial seperti OMA dan ISPA, dan perlu diingat bahwa penanganan anak tidak hanya terfokus pada kejangnya saja tetapi penyebabnya pun harus terselesaikan karena masih saling terkait.
Menyoroti dari segi usia jika dalam teori dikatakan bahwa kejang demam lebih banyak diderita oleh anak usia 4 bulan samapai 5 tahun, ternyata teori tersebut bisa dibuktikan karena An. A ini berusia 9 bulan. Penulis belum bisa menemukan referensi yang pasti mengapa kejang demam biasa diderita oleh anak usia 4 bulan sampai 5 tahun, tetapi dari berbagai referensi yang ada bahwa kenaikan suhu tubuh 1 0C saja bisa menyebabkan kenaikan metabolisme basal sebanyak 10 – 155 dan kebutuhan oksigen otak sebesar 20 %, dari sini dapat dihubungkan dengan belum maksimalnya pusat termoregulasi pada anak dan fungsi organ pada anak sehingga kenaikan suhu tubuh yang sangat tinggi akan mengakibatkan kurangnya oksigen ke otak yang bisa berakibat kejang pada anak.
Permasalahan peningkatan suhu tubuh sangat diperhatikan untuk penderita kejang demam karena adanya peningkatan yang tinggi dapat memprovokasi timbulnya kejang ulang. Untuk klien dengan hipertermia, perawat bisa melakukan kompres hangat dengan harapan saat air hangat menguap, panas dari tubuh si anak bisa menguap. Sebenarnya klien juga bisa diberikan kompres alkohol namun tidak dianjurkan karena dikhawatirkan akan mengenai bagian mata. Anak dengan kejang demam ini akan segera mendapatkan medikasi antipiretika jika suhu tubuhnya lebih dari 380C untuk menghindari kejang berulang.
Kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera karena adanya kemungkinan anak jatuh, tergigit lidah atau bibir dan benturan akibat gerakan anak saat kejang,aspirasi. Yang perlu dilakukan saat anak kejang adalah miringkan anak, berdasarkan teori yang terbaru, kita tidak perlu lagi memasukkan apapun disela gigi anak saat anak kejang cukup dengan memiringkan anak saja kemudian segera diberikan antikonvulsan jika kejang terjadi di RS namun apabila kejang terjadi di rumah yang perlu dibekali pengetahuan adalah orang tua bagaimana cara penanggulangan pertama anak dengan kejang karena orang tua biasanya menjadi panik. Perlu diberithu bahwa tindakan yang utama adalah memiringkan anak pada tempat yang aman, jangan merestrain anak saat kejang karena akan mengakibatkan cidera, jangan memberikan anak makanan atau minuman, jika ada sisa makanan di mulut anak segera untuk dibuang, kemudian jika anak panas segera lakukan kompres hangat, setelah kejang berhenti berikan anak obat penurun panas.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Kejang demam disebabkan oleh infeksi ekstrakranial, seperti OMA dan ISPA, untuk mendeteksi jenis kejangnya perlu dilakukan pengkajian dan pemeriksaan diagnostik. Adapun penanganannya disesuaikan dengan penyebabnya, perawat tidak hanya berkutat pada kejangnya saja tetapi juga penyebab dari kejang tersebut karena penderita kejang demam yang sudah berada di rumah sakit sudah mendapatkah terapi profilaksis intermiten berupa antipiretika dan antikonvulsan sehingga kemungkinan kejang ulang sangat minimal

B.    SARAN
1.     Perlu diperhatikan dalam pembeian antikonvulsan dan antipiretika, dosis harus dihiung dengan tepat karena pemakaian antikonvulsan dapat mendepresi pusat pernafasan.
2.     Alangkah lebih baik jika orang tua anak diberikan pengetahuan tentang kompres yang efektif.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
2.      Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3.      Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4.      Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
5.      ………, ( 2003 ). Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php





No comments:

Post a Comment