BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang
cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa.
Prevalensi batu ginjal di Amerika bervariasi tergantung pada ras, jenis
kelamin dan lokasi geografis. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat Angka kejadian batu
ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah
sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah
kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah
sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar, penulis mampu
melakukan perawatan pada pasien batu
ginjal.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu memahami pengertian batu ginjal.
b.
Mampu memahami penyebab batu ginjal
c.
Mampu memahami patofisiologi batu ginjal
d.
Mampu memahami penatalaksanaan batu ginjal
e.
Mampu melakukan perawatan pada batu ginjal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Batu ginjal
merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk
di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk
di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu
buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra.
B.
Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
v
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter;
diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2.
Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis
kelamin; jumlah pasien pria
3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
v
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi;
pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2. Iklim
dan temperatur.
3.
Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4.
Diet; diet tinggi purin,
oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan;
penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
C. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih
tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses
terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a.
Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air
seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b.
Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian
terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c.
Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni
akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori
Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1.
Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam
urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga
akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik
terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai
kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.
Penghambat
kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat,
pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau
beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran
kemih.
Batu
saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian
atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di
dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis,
urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
D. Manifestasi Klinis
ü
Obstruksi.
ü
Peningkatan tekanan hidrostatik.
ü
Distensi pelvis ginjal.
ü Rasa panas dan terbakar di pinggang.
ü Kolik.
ü Peningkatan suhu (demam).
ü Hematuri.
ü Gejala gastrointestinal; mual, muntah,
diare.
ü
Nyeri hebat
1. Batu
pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b.
Pada
wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d.
Kolik
renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu
yang terjebak pada ureter
a.
Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik
menyebar ke paha dan genetalia
b.
Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah à
kolik ureteral
3. Batu
yang terjebak pada kandung kemih
a.
Gejala iritasi
b.
Infeksi traktus urinarius
c.
Hematuria
d.
Obstruksi à retensi urine
E. Evaluasi Diagnostik
v
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai
mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan
rutin meliputi:
·
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung
kemih (KUB).
·
USG atau excretory pyelography (Intravenous
Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada
pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan
metformin, dan myelomatosis.
·
CT
Scan
·
IVasP
Pemeriksaan
radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
- Retrograde atau antegrade pyelography
- Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
- Scintigraphy
v Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
·
Sedimen
urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit),
dan pH urin.
·
Kreatinin
serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
·
C-reactive
protein, hitung leukosit
sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam.
·
Natrium
dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
·
Kadar
kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
F. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah
terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan
melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a.
ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti
pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b.
Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
v
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah
selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk
drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal,
melebarkan striktur.
v
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses
ureter dengan memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau
ultrasound lalu diangkat.
v
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan
cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan
pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang
nefrostomi.
c.
Pengangkatan Bedah
v
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
v
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di
dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang
berbentuk meliputi :
1.
Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk
hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam
( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu
dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah
cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih
mudah larut dalam urin.
2.
Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium
fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3
kali sehari).
3.
Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di
dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan
memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk
diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan
pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita
sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien
dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi :
penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap
urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian
terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
BAB III
RESUME
A. STUDI KASUS
Tn. P umur
63 tahun mengatakan nyeri pada bagian punggung bawah. Dari hasil pengkajian
didapatkan klien memiliki riwayat Minum jamu-jamun jawa dan bekerja keras di
sawah sampai lupa minum setiap hari kerena klien seorang petani
Pengobatan yang dilakukan: rawat jalan karena klien hanya rawat jaln di poli
bedah setiap 1 minggu sekali.
Diagnosa keperawatan yang muncul: gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
penekanan syaraf dengan intervensi : mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan,
mengajarkan mencari posisi yang nyaman untuk istirahat, mengajarkan tehnik
distraksi dan relaksasi, kolaborasi pemberian obat analgetik.
B. DISKUSI DENGAN EKSPERT
Menurut ekspert 1 (Residen neurologi) penyebab nyeri yang dirasakan nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat
satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Salah satu cara untuk
menangani nyeri adalah dengan tehnik relaksasi karena dapat meningkatkan
pelepasan hormon hormon yang dapat menurunkan nyeri.
C. WAWANCARA DENGAN KELUARGA
Tn. B mengatakan sebelumnya ayahnya pernah merasakan
nyeri seperti ini. Nmun ini adalah yang paling parah sampai klien tidak bisa
tidur pada malam harinya.
D. PERMASALAHAN
1.
Bagaimana pengaruh relaksasi pada nyeri ?
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGARUH RELAKSASI PADA NYERI
relaksasi adalah teknik mengatasi
kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf,
itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan
suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek
spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan
homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan
seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman
relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari
segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak
memikirkan apapun. Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah
satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam
bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan
otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks,
normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. Dengan
kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan
tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan
nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal
dan terkontrol pula itu yang akan
membuat nyeri menjadi menurun..
BAB
V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang
tersebut mengatakannya(2) . Peraturan utama dalam merawat pasien
dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien
relaksasi adalah teknik mengatasi
kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf,
itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan
suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek
spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam
keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur,
dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.
B. REKOMENDASI
1.
Perawat di Ruang dapat mengajarkan tehnik relaksasi untuk menurunkan rasa nyeri pada klien
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit
Media Aeusculapius FK-UI, Jakarta
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing
Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing
Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
No comments:
Post a Comment