Thursday, January 15, 2015

ESAY KONTRAK BELAJAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BATU GINJAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Prevalensi batu ginjal di Amerika bervariasi  tergantung pada ras, jenis kelamin dan lokasi geografis. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar  19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar, penulis mampu melakukan perawatan pada pasien batu ginjal.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu memahami pengertian batu ginjal.
b.      Mampu memahami penyebab batu ginjal
c.       Mampu memahami patofisiologi batu ginjal
d.      Mampu memahami penatalaksanaan batu ginjal
e.       Mampu melakukan perawatan pada batu ginjal





BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi
        Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

B.     Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

v  Faktor intrinsik, meliputi:
1.      Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2.      Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3.      Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

v  Faktor ekstrinsik, meliputi:
1.      Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2.      Iklim dan temperatur.
3.      Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4.      Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5.      Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

C.    Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a.       Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b.      Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c.       Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1.      Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.      Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.      Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

D.    Manifestasi Klinis
ü  Obstruksi.
ü  Peningkatan tekanan hidrostatik.
ü  Distensi pelvis ginjal.
ü  Rasa panas dan terbakar di pinggang.
ü  Kolik.
ü  Peningkatan suhu (demam).
ü  Hematuri.
ü  Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
ü  Nyeri hebat
1.  Batu pada pelvis renalis
a.       Nyeri  yang dalam, terus menerus pada area CVA
b.      Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c.       Hematuria, piuria
d.      Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2.  Batu yang terjebak pada ureter
a.       Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
b.      Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah à kolik ureteral
3.  Batu yang terjebak pada kandung kemih
a.       Gejala iritasi
b.      Infeksi traktus urinarius
c.       Hematuria
d.      Obstruksi à retensi urine
E.     Evaluasi Diagnostik
v  Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
·         Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
·         USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis.
·         CT Scan
·         IVasP
      Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
    • Retrograde atau antegrade pyelography
    • Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
    • Scintigraphy
v  Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
·         Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin.
·         Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
·         C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam.
·         Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
·         Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
F.     Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a.       ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b.      Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.
v  Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
v  Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
v  Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
c.       Pengangkatan Bedah
v  Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
v  Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
                             
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1.      Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
2.      Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3.      Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.








BAB III
RESUME

A.    STUDI KASUS
Tn. P umur 63 tahun mengatakan nyeri pada bagian punggung bawah. Dari hasil pengkajian didapatkan klien memiliki riwayat Minum jamu-jamun jawa dan bekerja keras di sawah sampai lupa minum setiap hari kerena klien seorang petani
Pengobatan yang dilakukan: rawat jalan karena klien hanya rawat jaln di poli bedah setiap 1 minggu sekali.
Diagnosa keperawatan yang muncul: gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan syaraf dengan intervensi : mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan, mengajarkan mencari posisi yang nyaman untuk istirahat, mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi, kolaborasi pemberian obat analgetik.

B.     DISKUSI DENGAN EKSPERT
Menurut ekspert 1 (Residen neurologi) penyebab nyeri yang dirasakan nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Salah satu cara untuk menangani nyeri adalah dengan tehnik relaksasi karena dapat meningkatkan pelepasan hormon hormon yang dapat menurunkan nyeri.

C.    WAWANCARA DENGAN KELUARGA
Tn. B  mengatakan sebelumnya ayahnya pernah merasakan nyeri seperti ini. Nmun ini adalah yang paling parah sampai klien tidak bisa tidur pada malam harinya.

D.    PERMASALAHAN
1.      Bagaimana pengaruh relaksasi pada nyeri ?



BAB IV
PEMBAHASAN

A.    PENGARUH RELAKSASI PADA NYERI
relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman
relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki.  Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula itu yang akan membuat nyeri menjadi menurun..









BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya(2) . Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien
relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.

B.     REKOMENDASI
1.      Perawat di Ruang dapat mengajarkan tehnik relaksasi untuk menurunkan rasa nyeri pada klien










DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius FK-UI, Jakarta

Doenges M.E. at al., 1992,  Nursing Care Plans,  F.A. Davis Company, Philadelphia

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,  NANDA

No comments:

Post a Comment